Pengertian Teknologi Pembelajaran (Pendidikan) |
Pengertian Teknologi Pembelajaran
(Pendidikan),
berikut ini Beberapa definisi teknologi pembelajaran (pendidikan) dari tahun ke
tahun sampai yang terkini.
1.
Comission
on Instructional Technology, 1970:
A systematic way of
designing, implementing, and evaluating the total process of of learning and
teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning
and communication and employing a combination of human and non human resources
to bring about more effective instruction.
Pengertian Teknologi Pembelajaran (Pendidikan) adalah Suatu cara yang
sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan
dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik,
berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan
menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-manusia
untuk membuat pembelajaran lebih efektif.
Jadi, menrut konsep
ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran
lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain, melaksanakan
dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar
tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun
non-manusia. dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa
manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.
2.
AECT
(1972):
Educational tehcnology
is a field involved in the facilitation of human learning through the
systematic identification, development, organization and utilization of full
range of learning resources and through the management of these process.
Pengertian Teknologi pembelajaran
(pendidikan) adalah satu bidang/disiplin dalam memfasilitasi belajar manusia
melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara
sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya
itu.
Berdasarkan
pengertian ini, jelas dikatakan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu
disiplin ilmu yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi belajar pada
manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah
bagaimana memfasilitasi belajar. Dengan cara apa? Melalui identifikasi,
pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh
sumber belajar. Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan tepat terhadap
proses daripada pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara
sistematis seluruh sumber belajar tersebut.
3.
AECT
(1977):
Pengertian Teknologi Pembelajaran / Pendidikan dalam AECT (1977) adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi
orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala
aspek belajar manusia.
Ini adalah definisi
yang paling “ruwet”, akan tetapi, sudah jelas menurut pengertian ini bahwa objek
formal teknologi pendidilkan adalah memecahkan masalah belajar manusia.
Dilakukan dengan cara menganalisis masalah terlebih dahulu, baru kemudian
melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.
4.
AECT
(1994):
Teknologi
Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
Definisi ini lebih
operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang terlalu rumit. Definisi ini
menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu kawasan
desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan
penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar. Seorang teknolog
pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan
tersebut.
5.
AECT
(2004):
Educational
technology is the study and ethical practice of facilitating learning and
improving performance by creating, using, and managing appropriate
technological processes and resources.
Ini adalah definisi
terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek
etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk
memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan
meningkatkan kinerja.
Berdasarkan
definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:
a)
Teknologi
pembelajaran / teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang (field of
study)
b)
Istilah
teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan
c)
Tujuan
utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja;
d)
Teknologi
pembelajaran menggunakan pendekatan sistemi (pendekatan yag
holistik/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);
e)
Kawasan
teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis,
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik
proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
f)
Teknologi
pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktivitas
manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh
berkaitan dengan upaya memcahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja.
g)
Teknologi
adalah teknologi dalam arti yang luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech),
tapi juga teknologi lunak (softtech)
Kawasan-Kawasan
Teknologi Pembelajaran (Pendidikan). Dalam rumusan definisi 1994 ada lima kawasan
teknologi pembelajaran yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan,
dan Penilaian. Kelima kawasan bersifat “sinergik” artinya seorang praktisi yang
bekerja dalam kawasan “pengembangan”, menggunakan teori dari kawasan ” desain”
seperti teori desain sistem pembelajaran dan desain pesan. Begitu juga seorang
praktisi yang bekerja dalam kawasan ” desain menggunakan teori tentang
karakteristik media dari kawasan ” pengembangan dan “pemanfaatan” seperti teori
menganalisis masalah dan pengukuran dari kawasan “penilaian”. Menurut definisi
1994 adalah :
•
Teori
dan praktek
•
Desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian
•
Proses
dan sumber
•
Untuk
keperluan belajar
Dengan
demikian ” Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk
belajar”
Lima kawasan
teknologi pembelajaran (pendidikan) harus dikembangkan suatu cara untuk
mengidentifikasi hubungan yang timbal balik dari teori dan praktek pembelajaran
serta penelitian yang dilakukan untuk melihat kebenaran teori yang ada. Untuk
melihat keterkaitan antara teori, praktek dan penelitian berikut akan diuraikan
setiap kawasan teknologi pendidikan.
Hubungan
antar kawasan yang terdapat dalam bidang teknologi pendidikan bersifat
sinergik. Artinya peranan dari setiap kawasan saling melengkapi kawasan yang
lainnya. Sifat saling melengkapi dari setiap kawasan dapat terlihat pada gambar
diatas. Dalam setiap kawasan akan selalu diiringi oleh teori, praktek serta
penelitian.
1)
Kawasan
Perancangan .
Pada kawasan ini
teori, praktek dan penelitian yang akan dibahas adalah : penggunan strategi
pembelajaran terhadap motivasi siswa dan interaksi perlakuan kecerdasan/ bakat
siswa.
Strategi pembelajaran
merupakan salah satu komponen yang perlu direncanakan oleh guru sebelum
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Strategi pembelajaran merupakan
suatu teknik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran agar dapat mempengaruhi para siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan perancangan strategi yang
sesuai maka tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaannya akan dapat sesuai
dengan apa yang telah diharapkan.
Strategi yang
menganjurkan partisipasi aktif siswa dalam pembalajaran akan cenderung menggunakan
metode yang dapat mengaktifkan siswa, sehingga akan dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar. untuk dapat meingkatkan motivasi siswa maka seorang guru
harus dapat merancang metode yang dapat merangsang peningkatan motivasi
siswanya. Tanpa adanya metode yang sesuai maka seorang guru tidak akan dapat
pula mengharapkan motivasi siswa.
Strategi pembelajaran
yang dipilih guru dalam menghidupkan suasana pembelajaran sehingga siswa akan
menjadi aktif dan penuh semangat akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari
pembelajaran tersebut. untuk itu guru harus memperhatikan berbagai hal dalam
merancang strategi pembelajaran yang akan dipilih.
Banyak faktor
internal yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, salah satunya adalah
motivasi. Motivasi dapat didefenisikan sebagai keinginan, kebutuhan dan
perhatian yang membangkitkan atau mengaktifkan organisme dan menuntunnya ke
arah pencapaian tujuan tertentu, dapat mendorong untuk menentukan berbagai
prilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Davidoff (1991: 4) yang
menyatakan:Motif atau motivasi dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan dalam
diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan, dan motif inilah
yang mengaktifkan atau membangkitkan prilaku yang biasanya tertuju pada
pemenuhan kebutuhan tadi.
Pendapat sebelumnya
yang mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu kebutuhan, hal ini juga senada
dengan pendapat McDonald (dalam Oemar Hamalik, 2000: 173) yang menyatakan bahwa
“motivation is an energy change within the person characterized by affective
arousal and anticipatory goal reactions “. Yang artinya motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi sesorang yang ditandai dengan timbulnya sikap
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pengertian yang
dikemukan McDonald mengandung tiga elemen penting yaitu:
Dari beberapa
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar
merupakan salah satu keinginan atau kebutuhan yang bertujuan untuk melakukan
suatu usaha untuk dapat memenuhi tujuan dalam pembelajaran.
1)
Motivasi
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu di dalam neurophysiological
sehingga terlihat pada kegiatan fisik.
2)
Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi
relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
3)
Motivasi
merupakan respon dari suatu aksi yaitu pencapaian tujuan yang menyangkut dengan
kebutuhan.
4)
Motivasi
berhubungan dengan pilihan-pilihan yang dibuat oleh manusia sebagai pengalaman
atau tujuan yang akan mereka dekati atau hindari dan tingkat usaha yang akan
mereka gunakan untuk banyak hal.
Dari beberapa
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar
merupakan salah satu keinginan atau kebutuhan yang bertujuan untuk melakukan
suatu usaha untuk dapat memenuhi tujuan dalam pembelajaran.
Ada tiga aspek
motivasi menurut Blote (Ahmad Rohani, 1997) yaitu affect (sikap), self concept
(konsep diri) dan effort (usaha). Dalam hal belajar di sekolah, sikap merupakan
kecenderungan siswa bertingkah laku dalam pembelajaran, maka siswa akan
berusaha sebaik mungkin mengikuti proses pembelajaran yang terjadi. Konsep diri
merupakan kemampuan siswa dalam mengetahui kemampuannya. Usaha berarti
menunjukkan seberapa besar usaha yang dilakukan siswa dalam melakukan
proses pembelajaran sehingga tujuan dapat tercapai.
Dengan mengetahui
kontribusi motivasi terhadap proses pembelajaran, maka perlu bagi seorang guru
untuk dapat membangkitkan dan memelihara motivasi siswa dalam pembelajaran.
Beberapa cara yang dapat dipilih oleh guru untuk dapat meningkatkan motivasi
antara lain melalui teknik-teknik mengajar yang bervariasi, pengulangan
informasi, memberikan stimulus baru kepada siswa, memberi kesempatan peserta
didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu
yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan
sebagainya. Secara umum peserta didik akan terangsang untuk belajar apabila ia
merasakan bahwa situasi pembelajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan
kebutuhannya.
Dalam proses
pembelajaran yang terjadi tidak tertutup kemungkinan terjadinya hilang dan
timbul motivasi dalam diri siswa. Nasution dalam Ahmad Rohani (2004: 13)
mengatakan bahwa motif atau penyebab siswa belajar ada 2 hal: pertama, belajar
karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya. Dalam belajar terkandung
tujuan untuk menambah pengetahuan, instrinsic motivation are inherent in the
learning situation and meet pupil needs and purposes.Ia belajar supaya mendapat
angka yang baik, naik kelas, mendapat ijazah, dan sebagainya. kedua,
Tujuan-tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, tidak terkandung dalam
perbuatan belajar. The goal is artificially introduced . Tujuan itu bukan suatu
yang wajar dalam kegiatan.
Beberapa penyebab
hilangnya motivasi dalam pembelajaran yang dialami siswa dikarenakan oleh
materi pelajaran dianggap tidak akan ada manfaatnya, materi pelajaran dan penyajiannya
tidak menarik, materi pelajaran terlalu sukar, atau terlalu mudah, dan materi
pelajaran terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Untuk mengatasi
kehilangan motivasi belajar di kalangan siswa, maka guru harus mengambil
tindakan sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Berkaitan dengan upaya guru
memotivasi siswa sebenarnya tidak ada standar khusus terhadap prosedur yang
harus dilakukan. Namun terdapat beberapa prinsip dan prosedur yang ditawarkan
oleh Ahmad Rohani (2004: 14) yang berkaitan dengan meningkatkan motivasi
belajar siswa antara lain:
•
Membangkitkan
kebutuhan pada diri siswa, pengalaman yang ditanamkan hendaklah didasari oleh
pengalaman yang sudah dimiliki, dan beri kesempatan berpartisipasi untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
•
Tetapkanlah
tujuan-tujuan yang terbatas dan pantas serta tugas-tugas yang terbatas, jelas,
dan wajar.
•
Usahakanlah
agar peserta didik selalu mendapat informasi tentang kemajuan dan hasil yang
dicapainya, janganlah menganggap kenaikan kelas sebagai alat motivasi yang utama.
•
Hadiah
biasanya menghasilkan sebuah atau sesuatu yang lebih baik dari pada hukuman.
•
Manfaatkan
cita-cita, sikap, dan rasa ingin tahu siswa.
Setiap individu ingin
sukses berprestasi dalam usahanya. Dan kalau sukses tercapai akan menambah
kepercayaan kepada diri sendiri, jika ia tidak sukses akan berupaya bagaimana
sukses itu dapat dicapai.
Suasana yang
menggembirakan dan kelas yang menyenangkan akan mendorong partisipasi siswa,
sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa akan menyenangi sekolah,
dan jika siswa sedang senang dengan sekolah, hasil belajar akan meningkat.
Motivasi adalah alat
pengajaran, bukan tujuan, dan untuk kesempurnaannya memerlukan perhatian
terhadap setiap individu. Peserta didik disarankan supaya dapat memotivasi
dirinya sendiri sehingga timbul usaha yang tinggi dalam belajar.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan secara umum bahwa motivasi merupakan suatu usaha yang
dilakukan yang didorong oleh kebutuhan dan rasa ingin tahu yang dapat
ditimbulkan dengan memberikan kesempatan dan pelayanan belajar yang
menyenangkan oleh guru.
Motivasi berkaitan
erat dengan prestasi dan hasil belajar (kecerdasan). Siswa yang tinggi
motivasinya, umumnya baik hasil belajarnya dan sebaliknya. Hal ii dimungkinkan
dengan adanya motif-motif yang ada dalam diri siswa. motif adalah adanya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi merupakan
proses psikologi yang mencermiknan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi
dan kepuasan yang terjadi dalam diri seseorang. Motivasi adalah proses
psikologi untuk mencapai suatu keberhasilan sehingga menimbulkan suatu kepuasan
diri. Sebagai proses psikologi motivasi yang ada dalam diri siswa erat
kaitannya dengan sikap, yakni bagaimana seorang siswa menyikapi kebutuhannya
dalam belajar untuk menunjang kecerdasannya.
2)
Kawasan
Pengembangan
Pada kawasan ini akan
dilihat seberapa jauh teknologi berbasis komputer akan dapat mempengaruhi
belajar dengan belajar visual. Pembelajaran dengan teknologi berbasis komputer
adalah dalam bentuk pembelajaran terprogram. Suatu variasi pembelajaran
terprogram adalah dengan menggunakan komputer untuk menyajikan bahan-bahan
pelajarannya sebagai pengganti buku teks. Sehingga disebut dengan pembelajaran dengan
berbantuan komputer (Computer Assisted Instruction = CAI). Melihat cara
pembelajaran yang menggunakan media komputer maka secara langsung maupun tifak
langsung akan mempengaruhinya terhadap komunikasi siswa dan belajarnya.
CAI dalam
pembelajaran akan dapat merangsang siswa dalam belajar karena akan tercipta
metode belajara yang interaktif dengan perancangan yang tepat. Hal ini
menggambarkan bahwa komunikasi pembalajar dengan instruktur tidak lagi secara
langsung tetapi dengan bantuan media komputer. Efek yang diproleh dengan
menggunakan CAI adalah dapat memperoleh hasil yang lebih baik jika dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional seperti biasanya.
Selanjutnya dengan
CAI para siswa dalam belajar akan cepat mengerti tentang suatu pelajaran yang
akan dipelajarinya, karena siswa akan dapat mengulang-ulang sesuai dengan
prinsip belajar visual. Siswa akan dapat belajar secara efektif, dengan lebih
baik dari segala macam bahan-bahan terprogram baik program yang bersifat linear
maupun yang menggunakan open cabang (branching) dan baik itu yang menggunakan
mesin maupun program dalam bentuk biasa jika dibandingkan dengan pembelajaran
yang bersifat tradisional.
Dengan menggunakan
CAI seringkali siswa berhasil memepelajari beban yang sama banyaknya dengan
waktu yang relatif sedikit dengan menngunakan pembelajaran terprogram dengan
menggunakan komputer. Hal ini disebabkan karena anak akan dapat mengilang
kem,bali materi yang kurang dipahaminya berulang kali sampai mereka
benar faham. Selain itu dengan CAI anak akan belajar secara visual, dengan
melihat, dan mencernanya dalam pemikirannya dan akhirnya dapat dituangkan dalam
bentuk penambahan pengetahuan.
3)
Kawasan
Pemanfaatan / Penggunaan
Pada kawasan ini akan
dibahas tentang penggunaan media dengan teori pengetahuan terhadap dampak
konteks yang ditimbulkannya.
Istilah media
merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. AECT (1994: 21) mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran
untuk proses transmisi informasi. Sementara Olson (1974) menyatakan bahwa
medium sebagai teknologi untuk menyajikan, mereka, membagi, dan
mendistribusikan simbol melalui rangsangan indra tertentu, disertai
penstrukturan informasi. Brigss (1970) menyatakan media dapat juga
dikatakan sebagai sarana untuk memberikan perangsang bagi si belajar agar
proses belajar terjadi (Yusufhadi Miarso, 2004).
Dari
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat
penyalur pesan yang dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
si pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran yang
disengaja, bertujuan dan terkendali.
Keutamaan penggunaan
media, seperti yang dinyatakan oleh Salomon (1979: 1) adalah “media are after
all, complex entities that entail more than just symbol system. An entity
consisting of technology, contents, instructional situations and symbol system
is qualitatively different from the sum of its components “. Dari kutipan
ini dapat dipahami bahwa media adalah sesuatu yang kompleks yang memerlukan
lebih dari hanya sebuah sistem simbol saja. Media merupakan kesatuan yang lahir
dari teknologi, materi, situasi pembelajaran dan sistem simbol yang memiliki
banyak perbedaan dari jumlah tiap-tiap komponen tersebut. Jadi media
pembelajaran keutamaan yang jelas adalah banyaknya simbol-simbol yang dapat
menarik beragam pemaknaan. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan
sebagai alat bantu yang mampu memberikan informasi secara lebih nyata, konkret
dan sederhana. Media dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, meningkatkan
motivasi, minat dan pemahaman informasi serta dapat memberikan pengembangan
intelektual.
Penggolongan media
merupakan salah satu usaha mempermudah pengkategorian dari beragam jenis media.
Menurut Haney dan Ullmer dalam Yusufhadi Miarso (2004: 462) ada tiga kategori
utama berbagai bentuk media pembelajaran itu. Pertama, media yang mampu
menyajikan informasi, karena itu disebut sebagai media penyaji. Kedua media
yang mengandung informasi disebut media objek, dan ketiga media yang
memungkinkan untuk berinteraksi disebut sebagai media interaktif. Banyak
klasifikasi berbagai jenis media yang dilakukan para ahli. Berdasarkan jenis
pesan yang disampaikannya media terbagi atas media grafis/visual, media audio,
media audio-visual, dan media interaktif.
Dalam usaha
menggunakan media dalam proses pembelajaran, perlu bagi guru untuk
memperhatikan pedoman umum dalam penggunaan media sebagai berikut:
•
Tidak
ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Masing-masing jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu
pemanfaatan kombinasi dua atau lebih media akan lebih mampu membantu
tercapainya tujuan pembelajaran
•
Penggunaan
media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan
demikian pemanfaatan media harus menjadi bagian integral dari penyajian
pelajaran.
•
Penggunaan
media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi
pelajaran yang disajikan.
•
Penggunaan
media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
•
Penggunaan
media harus disertai persiapan yang cukup seperti mem-priview media yang akan
dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas
sebelum pelajaran dimulai dan sebelum peserta masuk. Dengan cara ini
pemanfaatan media diharapkan tidak akan mengganggu kelancaran proses
pembelajaran dan mengurangi waktu.
•
Peserta
didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar mereka dapat
mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting selama penyajian dengan media
berlangsung.
•
Penggunaan
media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta.
(Yusufhadi Miarso, 2004: 461).
Dari uraian mengenai
media dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat penyalur pesan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran. penggunaan media dalam pembelajaran perlu
memperhatikan pedoman penggunaan media dengan tujuan agar penggunaan media
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran, seperti
melakukan kombinasi penggunaan media, sejalan dengan tujuan materi
pembelajaran, kesesusaian dengan materi pembelajaran, interaksi yang
diharapkan, kesiapan siswa dan partisipasi yang diharapkan dari siswa dalam
memanfaatkan media pembelajaran.
Sebagai media yang
bertujuan untuk dapat menambah pengetahuan siswa maka media yang meletakkan
cara berfikir konkrit dalam kegiatan belajar mengajar, pengembangannya
diserahkan kepada guru. Gru dapat menggunkan media sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hal ini akan terkait dengan kecermatan guru memahami kondisi psikologis
siswa, tujuan metode, dan kelengkapan alat bantu. Kesesuaian dan katerpaduan
adari semua unsur ini akan sangat medukung untuk peningkatan pengetahuan siswa
dengan menggunakan media sehingga akan timbul dampak konteks dengan
penggunakaan media tersebut.
Adapun nilai-nilai
praktis yang timbul dengan penggunaan media adalah sebgai berikut:
•
Dengan
media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, karena itu dapat
mengurangi verbalisme
•
Dengan
media dapat memeperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
•
Dengan
media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar
menjadi mantap
•
Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
•
membantu
tumbvuhnya pemikiran
•
siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian
guru tetapi juga aktivitas lain seperti menagamati, melakukan, mendemostrasikan
dan lain sebagainya.
•
Dengan
penggunaan media dalam pembelajaran maka akan dapat menambah pengetahuan siswa
dalam pembelajaran. Disamping itu diharapkan juga berdampak pada proses
pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif dan kratif dalam pembelajarannya.
Sehingga dihasilkan pencapaian tujuan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
4)
Kawasan
Pengelolaan
Pengelolaan sumber
daya berkaitan dengan pengelolaan media pembelajaran terhadap teori ekonomi dan
bagaimana hubungannya dengan kekefektivan biaya. Pengelolaan media dapat
merupakan suatu alat atau cara untuk meningkatkan produktivitas pendidikan.
Dengan pengelolaan media yang baik maka informasi dapat disampaikan pada
penerima informasi dengan baik pula, sehingga apa yang dimaksud oleh penyampai
pesan dapat diterima dengan benar. Untuk dapat mengelola dengan baik maka
banyak teori dan penelitian yang sehubungan dengan hal ini.
Salah satu kunci
peningkatan produktivitas di setiap sektor ekonomi ternyata adalah melalui
penambahan upya manusia dengan media. Dengan tujuan media bukanlah pengganti
guru tetapi haruslah membuat guru menjadi lebih produktif, bukan untuk
mengganti guru sepenuhnya. Sebagian besar usah yang dilakukan untuk
mengembangkan teknologi pendidikan telah diarahkan untuk meningkatkan kualitas
dengan sedikit sekali dengan masalah biaya. Telah banyak yang dilihat dari
usaha-usaha tersebut, terutama mengenai televisi pendidikan, pembelajaran
dengan berbantuan komputer dan lain sebagainya. Semuanya memerlukan pengelolaan
yang baik sehingga tercapai sasaran yang diinginkan.
Sejumlah studi biaya
yang berkenaan dengan pengelolaan media di sekolah-sekolah, umumnya studi
dikelompokkan menjadi studi deskriptif, prediktif dan komparatif. Studi-studi
komparataif sering merupakan suatu efektivitas pembiayaan (cost-Effectiveness)
atau keuntungan pembiayaan (cost-benefit).
Kegunaan utama dari
studi keefektifan biaya adalah eveluasi dari pilihan diantara, cara-cara alternatif
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Analisisnya dapat dilakukan dari
orientasi yakni hasil yang dicapai dari keluaran dari dua orientasi yakni hasil
yang dicapai dari keluaran terbaik untuk satuan biaya. Atau hasil yang dicapai
oleh biaya yang paling sedikit untuk suatu tingkat pencapaian yang telah
ditetapkan.
Dalam analisis
tentang kefektifan biaya ini maka harus dilaksanakan dalam studi tentang
penentuan tujuan, penentuan alternatif-alternatuf yang layak, penentuan biaya
yang serasi dan penyajian dan interpretasi hasil-hasil studi.
Pendekatan untuk
menentukan media yang diperlukan bagi studi-studi efektifitas biaya, didasarkan
kepada suatu analisis ciri atau karekteristik media yang akan diperbandingkan.
Ciri atau karakteristik tersebut merupakan suatu tema utama dalm penelitian.
5)
Kawasan
Penilaian
Tes sumatif dilakukan
untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahsan yang telah
diajarkan selama satu smester atau pada akhir program pelajaran. Tujuannya
adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam
suatu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menuyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Tes sumatif
dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah
program yang lebih besar. Adapun manfaat dari tes sumatif adalah sebgai berikut
:
•
Untuk
menentukan nilai. Tes sumatif ini digunakan untuk mementukan kedudukan anak.
Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan anak-anak lainn.
Asumsi yang mendasari pandangan ini adalah bahwa prestasi belajar siswa
tergamabar dengan sebuah kurva normal.
•
Untuk
menentukan seseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima
program berikutnya
•
Untuk
mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi semua fihak.
Belajar kognitif
merupakan penampilan-penampilan yang ditunjukan oleh siswa tentang operasi
intelektual yang dilakukannya. Kemampuan itu meliputi penggunaan strategi
kognitif, karena siswa perlu menunjukan penampilan yang kompleks. Bloom dengan
ranah kognitifnya membedakan taksonomi dengan skema klsifikasi yang lebih
sederhana. menurut bloom, taksonomi ;
•
Tidak
boleh mengandung unsur-unsur yang arbiter
•
Harus
sesuai dengan fenomena riil yang menjadi ungkapan istilah tersebut
•
Harus
teruji secara konsisten dengan pandangan-pandangan teoritis dari bidang
Tujuan utama dalam
membuat suatu taksonomi adalah untuk memudahkan komunikasi, tujuan utamanya
dalam menciptakan taksonomi apapun ialah untuk pemilihan lambang-lambang yang
sesuai, mendefinisikannya yang tepat dan dapat digunakan, serta mendapat
konsensus dari kelompok yang akan menggunakannya (Bloom, 1956;10-11)
Untuk menyatakan
suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil maka perlu dilakukan
evaluasi hasil belajar. evaluasi itu baik berupa formatif maupun sumatif.
Tujuan dari dilakukannya evaluasi ini adalah untuk melihat sejauh mana
kemampuan belajar kognitif anak tercapai sehubungan dengan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Good bro
ردحذف