PENGERTIAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN KAWASAN-KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Pengertian Teknologi Pembelajaran (Pendidikan)

Pengertian Teknologi Pembelajaran (Pendidikan), berikut ini Beberapa definisi teknologi pembelajaran (pendidikan) dari tahun ke tahun sampai yang terkini.

1.    Comission on Instructional Technology, 1970:
A systematic way of designing, implementing, and evaluating the total process of of learning and teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning and communication and employing a combination of human and non human resources to bring about more effective instruction.

Pengertian Teknologi Pembelajaran (Pendidikan) adalah Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.

Jadi, menrut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non-manusia. dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.

2.    AECT (1972):
Educational tehcnology is a field involved in the facilitation of human learning through the systematic identification, development, organization and utilization of full range of learning resources and through the management of these process.

Pengertian Teknologi pembelajaran (pendidikan) adalah satu bidang/disiplin dalam memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu.

Berdasarkan pengertian ini, jelas dikatakan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar. Dengan cara apa? Melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan tepat terhadap proses daripada pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar tersebut.

3.    AECT (1977):
Pengertian Teknologi Pembelajaran / Pendidikan dalam AECT (1977) adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.

Ini adalah definisi yang paling “ruwet”, akan tetapi, sudah jelas menurut pengertian ini bahwa objek formal teknologi pendidilkan adalah memecahkan masalah belajar manusia. Dilakukan dengan cara menganalisis masalah terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.

4.    AECT (1994):
Teknologi Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar.

Definisi ini lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang terlalu rumit. Definisi ini menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar. Seorang teknolog pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan tersebut.

5.    AECT (2004):
Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.

Ini adalah definisi terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan kinerja.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:
a)    Teknologi pembelajaran / teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang (field of study)
b)    Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan
c)    Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja;
d)    Teknologi pembelajaran menggunakan pendekatan sistemi (pendekatan yag holistik/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);
e)    Kawasan teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
f)      Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktivitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memcahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja.
g)    Teknologi adalah teknologi dalam arti yang luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (softtech)


Kawasan Teknologi Pembelajaran (Pendidikan)

Kawasan-Kawasan Teknologi Pembelajaran (Pendidikan). Dalam rumusan definisi 1994 ada lima kawasan teknologi pembelajaran yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, dan Penilaian. Kelima kawasan bersifat “sinergik” artinya seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan “pengembangan”, menggunakan teori dari kawasan ” desain” seperti teori desain sistem pembelajaran dan desain pesan. Begitu juga seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan ” desain menggunakan teori tentang karakteristik media dari kawasan ” pengembangan dan “pemanfaatan” seperti teori menganalisis masalah dan pengukuran dari kawasan “penilaian”. Menurut definisi 1994 adalah :
       Teori dan praktek
       Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian
       Proses dan sumber
       Untuk keperluan belajar

Dengan demikian ” Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk belajar”

Lima kawasan teknologi pembelajaran (pendidikan) harus dikembangkan suatu cara untuk mengidentifikasi hubungan yang timbal balik dari teori dan praktek pembelajaran serta penelitian yang dilakukan untuk melihat kebenaran teori yang ada. Untuk melihat keterkaitan antara teori, praktek dan penelitian berikut akan diuraikan setiap kawasan teknologi pendidikan.

Hubungan antar kawasan yang terdapat dalam bidang teknologi pendidikan bersifat sinergik. Artinya peranan dari setiap kawasan saling melengkapi kawasan yang lainnya. Sifat saling melengkapi dari setiap kawasan dapat terlihat pada gambar diatas. Dalam setiap kawasan akan selalu diiringi oleh teori, praktek serta penelitian.


1)   Kawasan Perancangan .
Pada kawasan ini teori, praktek dan penelitian yang akan dibahas adalah : penggunan strategi pembelajaran terhadap motivasi siswa dan interaksi perlakuan kecerdasan/ bakat siswa.

Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen yang perlu direncanakan oleh guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Strategi pembelajaran merupakan suatu teknik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan perancangan strategi yang sesuai maka tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaannya akan dapat sesuai dengan apa yang telah diharapkan.

Strategi yang menganjurkan partisipasi aktif siswa dalam pembalajaran akan cenderung menggunakan metode yang dapat mengaktifkan siswa, sehingga akan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. untuk dapat meingkatkan motivasi siswa maka seorang guru harus dapat merancang metode yang dapat merangsang peningkatan motivasi siswanya. Tanpa adanya metode yang sesuai maka seorang guru tidak akan dapat pula mengharapkan motivasi siswa.

Strategi pembelajaran yang dipilih guru dalam menghidupkan suasana pembelajaran sehingga siswa akan menjadi aktif dan penuh semangat akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari pembelajaran tersebut. untuk itu guru harus memperhatikan berbagai hal dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dipilih.

Banyak faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, salah satunya adalah motivasi. Motivasi dapat didefenisikan sebagai keinginan, kebutuhan dan perhatian yang membangkitkan atau mengaktifkan organisme dan menuntunnya ke arah pencapaian tujuan tertentu, dapat mendorong untuk menentukan berbagai prilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Davidoff (1991: 4) yang menyatakan:Motif atau motivasi dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan,  dan motif inilah yang mengaktifkan atau membangkitkan prilaku yang biasanya tertuju pada pemenuhan kebutuhan tadi.

Pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu kebutuhan, hal ini juga senada dengan pendapat McDonald (dalam Oemar Hamalik, 2000: 173) yang menyatakan bahwa “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions “. Yang artinya motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi sesorang yang ditandai dengan timbulnya sikap dan reaksi untuk mencapai tujuan.  Pengertian yang dikemukan McDonald mengandung tiga elemen penting yaitu:
1)      Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu di dalam neurophysiological sehingga terlihat pada kegiatan fisik.
2)      Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3)      Motivasi merupakan respon dari suatu aksi yaitu pencapaian tujuan yang menyangkut dengan kebutuhan.
4)      Motivasi berhubungan dengan pilihan-pilihan yang dibuat oleh manusia sebagai pengalaman atau tujuan yang akan mereka dekati atau hindari dan tingkat usaha yang akan mereka gunakan untuk banyak hal.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar merupakan salah satu keinginan atau kebutuhan yang bertujuan untuk melakukan suatu usaha untuk dapat memenuhi tujuan dalam pembelajaran.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar merupakan salah satu keinginan atau kebutuhan yang bertujuan untuk melakukan suatu usaha untuk dapat memenuhi tujuan dalam pembelajaran.

Ada tiga aspek motivasi menurut Blote (Ahmad Rohani, 1997) yaitu affect (sikap), self concept (konsep diri) dan effort (usaha). Dalam hal belajar di sekolah, sikap merupakan kecenderungan siswa bertingkah laku dalam pembelajaran, maka siswa akan berusaha sebaik mungkin mengikuti proses pembelajaran yang terjadi. Konsep diri merupakan kemampuan siswa dalam mengetahui kemampuannya. Usaha berarti menunjukkan seberapa besar usaha  yang dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajaran sehingga tujuan dapat tercapai.

Dengan mengetahui kontribusi motivasi terhadap proses pembelajaran, maka perlu bagi seorang guru untuk dapat membangkitkan dan memelihara motivasi siswa dalam pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dipilih oleh guru untuk dapat meningkatkan motivasi antara lain melalui teknik-teknik mengajar yang bervariasi, pengulangan informasi, memberikan stimulus baru kepada siswa, memberi kesempatan peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan sebagainya. Secara umum peserta didik akan terangsang untuk belajar apabila ia merasakan bahwa situasi pembelajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam proses pembelajaran yang terjadi tidak tertutup kemungkinan terjadinya hilang dan timbul motivasi dalam diri siswa. Nasution dalam Ahmad Rohani (2004: 13) mengatakan bahwa motif atau penyebab siswa belajar ada 2 hal: pertama, belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya. Dalam belajar terkandung tujuan untuk menambah pengetahuan, instrinsic motivation are inherent in the learning situation and meet pupil needs and purposes.Ia belajar supaya mendapat angka yang baik, naik kelas, mendapat ijazah, dan sebagainya. kedua, Tujuan-tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, tidak terkandung dalam perbuatan belajar. The goal is artificially introduced . Tujuan itu bukan suatu yang wajar dalam kegiatan.

Beberapa penyebab hilangnya motivasi dalam pembelajaran yang dialami siswa dikarenakan oleh materi pelajaran dianggap tidak akan ada manfaatnya, materi pelajaran dan penyajiannya tidak menarik, materi pelajaran terlalu sukar, atau terlalu mudah, dan materi pelajaran  terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Untuk mengatasi kehilangan motivasi belajar di kalangan siswa, maka guru harus mengambil tindakan sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Berkaitan dengan upaya guru memotivasi siswa sebenarnya tidak ada standar khusus terhadap prosedur yang harus dilakukan. Namun terdapat beberapa prinsip dan prosedur yang ditawarkan oleh Ahmad Rohani (2004: 14) yang berkaitan dengan meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain:
         Membangkitkan kebutuhan pada diri siswa, pengalaman yang ditanamkan hendaklah didasari oleh pengalaman yang sudah dimiliki, dan beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
         Tetapkanlah tujuan-tujuan yang terbatas dan pantas serta tugas-tugas yang terbatas, jelas, dan wajar.
         Usahakanlah agar peserta didik selalu mendapat informasi tentang kemajuan dan hasil yang dicapainya, janganlah menganggap kenaikan kelas sebagai alat motivasi yang utama.
         Hadiah biasanya menghasilkan sebuah atau sesuatu yang lebih baik dari pada hukuman.
         Manfaatkan cita-cita, sikap, dan rasa ingin tahu siswa.

Setiap individu ingin sukses berprestasi dalam usahanya. Dan kalau sukses tercapai akan menambah kepercayaan kepada diri sendiri, jika ia tidak sukses akan berupaya bagaimana sukses itu dapat dicapai.

Suasana yang menggembirakan dan kelas yang menyenangkan akan mendorong partisipasi siswa, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa akan menyenangi sekolah, dan jika siswa sedang senang dengan sekolah, hasil belajar akan meningkat.

Motivasi adalah alat pengajaran, bukan tujuan, dan untuk kesempurnaannya memerlukan perhatian terhadap setiap individu. Peserta didik disarankan supaya dapat memotivasi dirinya sendiri sehingga timbul usaha yang tinggi dalam belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara umum bahwa motivasi merupakan suatu usaha yang dilakukan yang didorong oleh kebutuhan dan rasa ingin tahu yang dapat ditimbulkan dengan memberikan kesempatan dan pelayanan belajar yang menyenangkan oleh guru.

Motivasi berkaitan erat dengan prestasi dan hasil belajar (kecerdasan). Siswa yang tinggi motivasinya, umumnya baik hasil belajarnya dan sebaliknya. Hal ii dimungkinkan dengan adanya motif-motif yang ada dalam diri siswa. motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi merupakan proses psikologi yang mencermiknan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi dalam diri seseorang.  Motivasi adalah proses psikologi untuk mencapai suatu keberhasilan sehingga menimbulkan suatu kepuasan diri. Sebagai proses psikologi motivasi yang ada dalam diri siswa erat kaitannya dengan sikap, yakni bagaimana seorang siswa menyikapi kebutuhannya dalam belajar untuk menunjang kecerdasannya.


2)   Kawasan Pengembangan
Pada kawasan ini akan dilihat seberapa jauh teknologi berbasis komputer akan dapat mempengaruhi belajar dengan belajar visual. Pembelajaran dengan teknologi berbasis komputer adalah dalam bentuk pembelajaran terprogram. Suatu variasi pembelajaran terprogram adalah dengan menggunakan komputer untuk menyajikan bahan-bahan pelajarannya sebagai pengganti buku teks. Sehingga disebut dengan pembelajaran dengan berbantuan komputer (Computer Assisted Instruction = CAI). Melihat cara pembelajaran yang menggunakan media komputer maka secara langsung maupun tifak langsung akan mempengaruhinya terhadap komunikasi siswa dan belajarnya.

CAI dalam pembelajaran akan dapat merangsang siswa dalam belajar karena akan tercipta metode belajara yang interaktif dengan perancangan yang tepat. Hal ini menggambarkan bahwa komunikasi pembalajar dengan instruktur tidak lagi secara langsung tetapi dengan bantuan media komputer. Efek yang diproleh dengan menggunakan CAI adalah dapat memperoleh hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional seperti biasanya.

Selanjutnya dengan CAI para siswa dalam belajar akan cepat mengerti tentang suatu pelajaran yang akan dipelajarinya, karena siswa akan dapat mengulang-ulang sesuai dengan prinsip belajar visual. Siswa akan dapat belajar secara efektif, dengan lebih baik dari segala macam bahan-bahan terprogram baik program yang bersifat linear maupun yang menggunakan open cabang (branching) dan baik itu yang menggunakan mesin maupun program dalam bentuk biasa jika dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat tradisional.

Dengan menggunakan CAI seringkali siswa berhasil memepelajari beban yang sama banyaknya dengan waktu yang relatif sedikit dengan menngunakan pembelajaran terprogram dengan menggunakan komputer. Hal ini disebabkan karena anak akan dapat mengilang kem,bali materi yang kurang dipahaminya berulang kali   sampai mereka benar faham. Selain itu dengan CAI anak akan belajar secara visual, dengan melihat, dan mencernanya dalam pemikirannya dan akhirnya dapat dituangkan dalam bentuk penambahan pengetahuan.

3)   Kawasan Pemanfaatan / Penggunaan
Pada kawasan ini akan dibahas tentang penggunaan media dengan teori pengetahuan terhadap dampak konteks yang ditimbulkannya.

Istilah media merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. AECT (1994: 21) mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi. Sementara Olson (1974) menyatakan bahwa medium sebagai teknologi untuk menyajikan, mereka, membagi, dan  mendistribusikan  simbol melalui rangsangan indra tertentu, disertai penstrukturan informasi. Brigss (1970) menyatakan media  dapat juga dikatakan sebagai sarana untuk memberikan perangsang bagi si belajar agar proses belajar terjadi (Yusufhadi Miarso, 2004).
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat penyalur pesan yang dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Keutamaan penggunaan media, seperti yang dinyatakan oleh Salomon (1979: 1) adalah “media are after all, complex entities that entail more than just symbol system. An entity consisting of technology, contents, instructional situations and symbol system is qualitatively different from the sum of its components “. Dari kutipan  ini dapat dipahami bahwa media adalah sesuatu yang kompleks yang memerlukan lebih dari hanya sebuah sistem simbol saja. Media merupakan kesatuan yang lahir dari teknologi, materi, situasi pembelajaran dan sistem simbol yang memiliki banyak perbedaan dari jumlah tiap-tiap komponen tersebut. Jadi media pembelajaran keutamaan yang jelas adalah banyaknya simbol-simbol yang dapat menarik beragam pemaknaan. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan sebagai alat bantu yang mampu memberikan informasi secara lebih nyata, konkret dan sederhana. Media dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, meningkatkan motivasi, minat dan pemahaman informasi serta dapat memberikan pengembangan intelektual.

Penggolongan media merupakan salah satu usaha mempermudah pengkategorian dari beragam jenis media. Menurut Haney dan Ullmer dalam Yusufhadi Miarso (2004: 462) ada tiga kategori utama berbagai bentuk media pembelajaran itu. Pertama, media yang mampu menyajikan informasi, karena itu disebut sebagai media penyaji. Kedua media yang mengandung informasi disebut media objek, dan ketiga media yang memungkinkan untuk berinteraksi disebut sebagai media interaktif. Banyak klasifikasi berbagai jenis media yang dilakukan para ahli. Berdasarkan jenis pesan yang disampaikannya media terbagi atas media grafis/visual, media audio, media audio-visual, dan media interaktif.

Dalam usaha menggunakan media dalam proses pembelajaran, perlu bagi guru untuk memperhatikan pedoman umum dalam penggunaan media sebagai berikut:
        Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Masing-masing jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu pemanfaatan kombinasi dua atau lebih media akan lebih mampu membantu tercapainya tujuan pembelajaran
        Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan demikian pemanfaatan media harus menjadi bagian integral dari penyajian pelajaran.
        Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan.
        Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
        Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti mem-priview media yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pelajaran dimulai dan sebelum peserta masuk. Dengan cara ini pemanfaatan media diharapkan tidak akan mengganggu kelancaran proses pembelajaran dan mengurangi waktu.
        Peserta didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting selama penyajian dengan media berlangsung.
        Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta. (Yusufhadi Miarso, 2004: 461).

Dari uraian mengenai media dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat penyalur pesan yang dapat digunakan dalam pembelajaran. penggunaan media dalam pembelajaran perlu memperhatikan pedoman penggunaan media dengan tujuan agar penggunaan media efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran, seperti melakukan kombinasi penggunaan media, sejalan dengan tujuan materi pembelajaran, kesesusaian dengan materi pembelajaran, interaksi yang diharapkan, kesiapan siswa dan partisipasi yang diharapkan dari siswa dalam memanfaatkan media pembelajaran.

Sebagai media yang bertujuan untuk dapat menambah pengetahuan siswa maka media yang meletakkan cara berfikir konkrit dalam kegiatan belajar mengajar, pengembangannya diserahkan kepada guru. Gru dapat menggunkan media sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini akan terkait dengan kecermatan guru memahami kondisi psikologis siswa, tujuan metode, dan kelengkapan alat bantu. Kesesuaian dan katerpaduan adari semua unsur ini akan sangat medukung untuk peningkatan pengetahuan siswa dengan menggunakan media sehingga akan timbul dampak konteks dengan penggunakaan media tersebut.

Adapun nilai-nilai praktis yang timbul dengan penggunaan media adalah sebgai berikut:
        Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, karena itu dapat mengurangi verbalisme
        Dengan media dapat memeperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
        Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar menjadi mantap
        Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
        membantu tumbvuhnya pemikiran
        siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti menagamati, melakukan, mendemostrasikan dan lain sebagainya.
        Dengan penggunaan media dalam pembelajaran maka akan dapat menambah pengetahuan siswa dalam pembelajaran. Disamping itu diharapkan juga berdampak pada proses pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif dan kratif dalam pembelajarannya. Sehingga dihasilkan pencapaian tujuan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

4)    Kawasan  Pengelolaan
Pengelolaan sumber daya berkaitan dengan pengelolaan media pembelajaran terhadap teori ekonomi dan bagaimana hubungannya dengan kekefektivan biaya. Pengelolaan media dapat merupakan suatu alat atau cara untuk meningkatkan produktivitas pendidikan. Dengan pengelolaan media yang baik maka informasi dapat disampaikan pada penerima informasi dengan baik pula, sehingga apa yang dimaksud oleh penyampai pesan dapat diterima dengan benar. Untuk dapat mengelola dengan baik maka banyak teori dan penelitian yang sehubungan dengan hal ini.

Salah satu kunci peningkatan produktivitas di setiap sektor ekonomi ternyata adalah melalui penambahan upya manusia dengan media. Dengan tujuan media bukanlah pengganti guru tetapi haruslah membuat guru menjadi lebih produktif, bukan untuk mengganti guru sepenuhnya. Sebagian besar usah yang dilakukan untuk mengembangkan teknologi pendidikan telah diarahkan untuk meningkatkan kualitas dengan sedikit sekali dengan masalah biaya. Telah banyak yang dilihat dari usaha-usaha tersebut, terutama mengenai televisi pendidikan, pembelajaran dengan berbantuan komputer dan lain sebagainya. Semuanya memerlukan pengelolaan yang baik sehingga tercapai sasaran yang diinginkan.

Sejumlah studi biaya yang berkenaan dengan pengelolaan  media di sekolah-sekolah, umumnya studi dikelompokkan menjadi studi deskriptif, prediktif dan komparatif. Studi-studi komparataif sering merupakan suatu efektivitas pembiayaan (cost-Effectiveness) atau keuntungan pembiayaan (cost-benefit).

Kegunaan utama dari studi keefektifan biaya adalah eveluasi dari pilihan diantara, cara-cara alternatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Analisisnya dapat dilakukan dari orientasi yakni hasil yang dicapai dari keluaran dari dua orientasi yakni hasil yang dicapai dari keluaran terbaik untuk satuan biaya. Atau hasil yang dicapai oleh biaya yang paling sedikit untuk suatu tingkat pencapaian yang telah ditetapkan.

Dalam analisis tentang kefektifan biaya ini maka harus dilaksanakan dalam studi tentang penentuan tujuan, penentuan alternatif-alternatuf yang layak, penentuan biaya yang serasi dan penyajian dan interpretasi hasil-hasil studi.

Pendekatan untuk menentukan media yang diperlukan bagi studi-studi efektifitas biaya, didasarkan kepada suatu analisis ciri atau karekteristik media yang akan diperbandingkan. Ciri atau karakteristik tersebut merupakan suatu tema utama dalm penelitian.

5)   Kawasan Penilaian
Tes sumatif dilakukan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahsan yang telah diajarkan selama satu smester atau pada akhir program pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menuyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.

Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Adapun manfaat dari tes sumatif adalah sebgai berikut :
        Untuk menentukan nilai. Tes sumatif ini digunakan untuk mementukan kedudukan anak. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan anak-anak lainn. Asumsi yang mendasari pandangan ini adalah bahwa prestasi belajar siswa tergamabar dengan sebuah kurva normal.
        Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya
        Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi semua fihak.

Belajar kognitif merupakan penampilan-penampilan yang ditunjukan oleh siswa tentang operasi intelektual yang dilakukannya. Kemampuan itu meliputi penggunaan strategi kognitif, karena siswa perlu menunjukan penampilan yang kompleks. Bloom dengan ranah kognitifnya membedakan taksonomi dengan skema klsifikasi yang lebih sederhana. menurut bloom, taksonomi ;
       Tidak boleh mengandung unsur-unsur yang arbiter
       Harus sesuai dengan fenomena riil yang menjadi ungkapan istilah tersebut
       Harus teruji secara konsisten dengan pandangan-pandangan teoritis dari bidang

Tujuan utama dalam membuat suatu taksonomi adalah untuk memudahkan komunikasi, tujuan utamanya dalam menciptakan taksonomi apapun ialah untuk pemilihan lambang-lambang yang sesuai, mendefinisikannya yang tepat dan dapat digunakan, serta mendapat konsensus dari kelompok yang akan menggunakannya (Bloom, 1956;10-11)

Untuk menyatakan suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil maka perlu dilakukan evaluasi hasil belajar. evaluasi itu baik berupa formatif maupun sumatif. Tujuan dari dilakukannya evaluasi ini adalah untuk melihat sejauh mana kemampuan belajar kognitif anak tercapai sehubungan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 





1 Comments

Post a Comment
Previous Post Next Post